Translater

Rabu, 12 November 2008

Persamaan Tukang Cukur Rambut & Guru

Tukang cukur, biasanya agar keren akan memasang tulisan "Barber Shop" di kios praktek mereka. Profesi ini tidak akan pernah hilang, selama masih ada kepala lelaki (dan perempuan) yg tidak ingin berambut gondrong. Ada potongan gaya "crew cut", gaya tentara, ada yg disebut "tipis" artinya dipotong sedikit saja sekedar merapikan, ada yg pendek no-1, nyaris seperti tentara.

Di Depok, profesi tukang cukur dikuasai puak sunda, mereka mencantumkan di bawah tulisan "barber shop" nama "parahiyangan" . Mereka trampil sekali mencukur rambut pelanggannya sambil sesekali berbincang dalam bahasa sunda dengan sesamanya.

Tukang cukur itu seperti Guru. Mereka harus terampil dan menyenangkan. Jika berwajah sangar dan jutek, biasanya tidak disukai. Tukang cukur juga harus berpengetahuan luas, agar nyambung ketika berdialog dengan pelanggannya.

Seperti Guru, tukang cukur harus pula bersih badan dan pakaiannya, jika kumuh dan berbau sengak, maka pelanggan tidak mau dekat dan segera menghilang. Mereka juga seperti guru, menyiapkan semua perlengkapannya sendiri, dari gunting, bedak, sisir, pisau cukur, sapu, pemotong rambut listrik bahkan sabun wangi.

Tukang cukur juga mengelola sendiri semua aktivitasnya, mulai membersihkan kursi dan alat cukur serta kiosnya, hingga memeliharanya agar tetap mulus dipakai. Termasuk menyapu rambut rambut yang berserakan usai dicukur dan menutup serta mengunci pintu kios dan mematikan lampunya. Karena semua dikerjakan sendiri, manajemen seperti itu sering disebut manajemen tukang cukur.

Tukang cukur dan Guru, juga sama beratnya. Jika mata meleng, kepala pelanggan bisa lecet kena pisau cukur yang terkenal tajam itu. Jika guru meleng, murid bisa salah didik dan menjadi manusia bodoh, ibarat PC, yang salah diInstal program yg tepat, ketika dipakai akan konflik, hang semua.

Dalam bekerja keduanya juga wajib berdiri, pernahkah terlihat tukang cukur bekerja sambil duduk ? Rasanya jarang. Guru juga dalam mengajar selalu berdiri, meskipun saya seringkali melihat guru mengajar sambil duduk dan membacakan buku teks agar dicatat muridnya

Dalam hal bekerja, tukang cukur lebih berat daripada penjaga rumah monyet, tentara penjaga gardu, dan Guru. Karena sejak membuka kios jam 08.00 hingga lohor mereka terus berdiri, sejauh masih ada pelanggan datang, hingga isya lewat mereka tetap berdiri sambil serius memainkan gunting dan sisirnya.

Tukang cukur juga ada kastanya yang menunjukkan tarif mencukur.Yang terendah adalah tukang cukur keliling, berikutnya mereka yang praktek di bawah pohon besar, yang tertinggi mungkin adalah tukang cukur presiden (jika presidennya lelaki). Bayangkan, dengan mudah mereka memegang megang kepala orang nomer satu di sebuah negeri.

Tukang cukur juga seperti guru, harus amanah, dapat dipercaya. Kalau guru tidak amanah, maka mereka dengan mudah akan memalsukan ijasah, menjual belikan nilai murid dan hancurlah sebuah negara.

Kalau tukang cukur tidak amanah bisa sekali sret... tewaslah orang penting seperti kepala negara itu dan akibatnya sama, bisa hancur sebuah negara jika kepala negara itu juga amanah.

Hidup tukang cukur !! Profesi mulia yang tidak pernah sirna

2 komentar:

-- mengatakan...

wah.... analisa yang cukup jeli...
Saluuttt...

Riema Ziezie mengatakan...

persamaan yang cukup baik utk sebuah tanggung jawab ... zie jd dpt pelajaran berharga , makasih dek Alghifari